Pessel LENSA SUMBAR com. – Bupati Pesisir Selatan Rusma Yul Anwar, mendapat sorotan tajam dari masyarakat setelah kedapatan tidak mengenakan helm saat meninjau jembatan penghubung kawasan Sungai Bungin-Labuan Baruk di Nagari Koto Nan Duo IV Koto Hilie pada Jumat (20/9).
Peninjauan yang dilakukan dengan mengendarai sepeda motor ini memicu kritik keras karena sebagai seorang pemimpin, Rusma dinilai gagal memberikan contoh yang baik dalam mematuhi aturan keselamatan berkendara.
Kunjungan bupati ke lokasi tersebut awalnya bertujuan baik, yaitu untuk meninjau langsung kondisi jembatan yang telah lama dikeluhkan warga setempat.
Jembatan ini merupakan akses penting bagi masyarakat yang menghubungkan dua kawasan strategis di Nagari Koto Nan Duo.
Namun, tindakan Rusma Yul Anwar yang mengabaikan aturan dengan tidak mengenakan helm selama berkendara menjadi pusat perhatian, dan dinilai tidak mencerminkan sikap seorang pemimpin yang seharusnya memberikan teladan kepada masyarakat.
Foto dan video yang beredar luas di media sosial menunjukkan Rusma Yul Anwar mengendarai motor di jalan tidak beraspal, tanpa menggunakan pelindung kepala.
Hal ini menimbulkan kecaman dari berbagai pihak yang merasa bahwa sebagai pejabat publik, ia seharusnya lebih peka terhadap pentingnya mematuhi aturan, terutama yang menyangkut keselamatan.
“Sangat disayangkan, seorang bupati yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat justru tidak memakai helm saat berkendara. Aturan penggunaan helm bukan sekadar formalitas, ini soal keselamatan. Apakah kita bisa mengharapkan masyarakat taat aturan jika pemimpinnya sendiri tidak mematuhinya?” ujar Wempi seorang warga setempat.
Kritikan serupa juga datang dari Baron warga lainnya yang menilai perilaku bupati sangat mengecewakan.
Baron mengatakan, pemimpin daerah memiliki tanggung jawab untuk menjadi panutan.
Ia menegaskan, tidak ada alasan bagi pejabat publik untuk melanggar aturan yang jelas-jelas dibuat untuk melindungi keselamatan diri sendiri dan orang lain.
“Pemimpin itu harus menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Jika bupati tidak mematuhi aturan lalu lintas, apa pesan yang disampaikan kepada warganya? Apalagi beliau sedang dalam tugas resmi. Ini bukan hanya soal dirinya pribadi, tetapi soal citra pemerintah daerah yang dia wakili,” ujar Baron.
Ketidakpatuhan bupati dalam mengenakan helm dinilai sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab, terutama karena aturan keselamatan lalu lintas berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali, termasuk pejabat. Sebagai pemimpin, Rusma Yul Anwar diharapkan tidak hanya menunjukkan kepedulian pada infrastruktur yang rusak, tetapi juga menegakkan aturan yang berlaku demi memberikan teladan positif.
Masyarakat lainnya, Marioh, juga menyoroti pentingnya seorang pemimpin dalam membentuk perilaku masyarakat.
“Pemimpin adalah cermin bagi rakyatnya. Masyarakat cenderung meniru apa yang dilakukan pemimpinnya. Jika seorang bupati mengabaikan aturan, hal itu bisa dianggap normal oleh warganya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk selalu mematuhi aturan, sekecil apa pun itu, demi memberi contoh yang baik,” jelas Marioh.
Meski ada beberapa pendukung yang membela Rusma Yul Anwar dengan alasan bahwa fokus kunjungan tersebut adalah mendengarkan aspirasi warga terkait kerusakan jembatan, sebagian besar masyarakat tetap menyayangkan sikap abai bupati terhadap keselamatan pribadi.
Mereka menegaskan, aturan helm dibuat untuk keselamatan bersama dan seharusnya tidak diabaikan, apalagi oleh seorang kepala daerah.
Banyak yang berpendapat bahwa Rusma Yul Anwar seharusnya lebih berhati-hati dalam bertindak, terutama karena posisinya sebagai pemimpin daerah yang menjadi panutan bagi masyarakat. Dengan tidak mengenakan helm, bupati seolah-olah menunjukkan bahwa aturan tersebut tidak penting, yang pada akhirnya bisa mengurangi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap keselamatan lalu lintas.
Jembatan penghubung di Sungai Bungin-Labuan Baruak yang ditinjau Rusma Yul Anwar memang sangat krusial bagi warga setempat. Warga berharap setelah kunjungan ini, ada langkah konkret dari pemerintah daerah untuk segera memperbaiki infrastruktur tersebut. Namun, insiden bupati yang tidak mengenakan helm menjadi sorotan utama, menutupi tujuan penting kunjungannya. Masyarakat berharap bahwa kejadian ini bisa menjadi pembelajaran bagi Rusma Yul Anwar dan para pemimpin lainnya untuk lebih memerhatikan sikap mereka di depan publik dan senantiasa memberikan contoh yang baik dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku.
Pemimpin bukan hanya dituntut untuk bekerja keras demi kepentingan masyarakat, tetapi juga harus menjadi teladan yang dapat diikuti, baik dalam tindakan kecil seperti mematuhi aturan lalu lintas, hingga keputusan besar yang berdampak pada daerah yang dipimpinnya.