Bukittinggi – Diksi ‘Awak Lo Lai’ adalah padanan kata yang berasal dari bahasa Minangkabau yang mengungkapkan suatu gagasan atau ide yang bermakna ‘saatnya sekarang kita yang jadi Pemimpin’.

Diksi ‘Awak Lo Lai’ sering diucapkan oleh warga dan para pendukung pasangan calon kepala daerah Marfendi-Fauzan saat melakukan blusukan atau kampanye ke rumah-rumah warga di seputaran Kota Bukittinggi.

 

Artinya diksi tersebut lebih memberikan arahan dan visi, serta motivasi yang menginspirasi kepada masyarakat atau orang lain, untuk sama-sama membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik.

Selain itu, diksi ‘Awak Lo Lai’ juga memberikan makna tersirat kepada masyarakat untuk mendukung keberhasilan seseorang atau pasangan calon kepala daerah baru khususnya Marfendi-Fauzan dengan cara mendorong komunikasi dan kolaborasi bersama anggota tim dilapangan.

 

Hal ini disampaikan oleh Hendro panggilan Edo, salah seorang pedagang pasar atas yang selalu ikut meramaikan blusukan dan kampanye pasangan Marfendi-Fauzan di sekitar wilayah Kelurahan Kayu Kubu, Kota Bukittinggi, pada Selasa, (22/10).

Menurut Edo, ya kata-kata ‘Awak Lo Lai’ artinya gini, dari beberapa pasangan calon sekarang, pernah menjabat sebagai walikota. Berbeda dengan Buya Marfendi yang belum pernah menjabat sebagai walikota dan cocoknya untuk periode 2025-2030.

“Semua masyarakat kota sudah mengetahui sepak terjang dari beberapa kepala daerah sebelumnya. Dan sekarang mereka, ada yang ikut mencalonkan kembali sebagai kepala daerah,” katanya.

Lanjut Edo, kalau kita bicara tentang Buya Marfendi dan Pak Fauzan, beliau belum pernah menjabat sebagai Walikota Bukittinggi. Tapi Buya Marfendi pernah menjabat sebagai Wakil Walikota Bukittinggi. Sementara Pak Fauzan juga pernah menjabat tapi sebagai wakil rakyat di DPRD kota Bukittinggi.

 

“Buya itu semangatnya luar biasa, orangnya jujur tidak neko-neko belum pernah menjadi Walikota Bukittinggi. Mudah-mudahan beliau terpilih sebagai pemimpin dan beliau juga pernah mengatakan kepada saya bahwa beliau tidak akan melakukan pembangunan, tidak ada pembangunan tetapi lebih kepada pembangunan sumber daya manusia dan pengembangan karakter generasi muda,” pungkasnya.

Lanjut Edo, sepanjang sepengetahuan yang saya ketahui, Buya berjanji akan mengakomodir dan merealisasikan keinginan serta kebutuhan para pedagang di Kota Bukittinggi, baik pedagang Pasar Atas, Pasar Bawah dan Pasar Aur kuning.

“Jika beliau terpilih sebagai Pemimpin, Buya akan mengembalikan sistem pendapatan daerah melalui retribusi yang sangat membantu transaksi jual beli para pedagang. Jadi enaknya Buya ini, beliau orangnya mau mendengarkan keinginan, kebutuhan pedagang dan masyarakat di kota Bukittinggi,” ujarnya.

Jadi, makna ‘Awak Lo Lai’ artinya masyarakat kota Bukittinggi sudah pernah mencoba beberapa Walikota yang pernah menjabat. Nah sekarang kita coba Buya Marfendi ini karena Buya orangnya jujur mau mendengarkan.

 

“Buya Marfendi bukan calon pemimpin yang ingin didengarkan tetapi Buya mau mendengar, dan mengabdi sebagai pelayan masyarakat di kota Bukittinggi,” tutup Edo. (*)

Ikuti kami juga dihalaman Google News

Bagikan: