Pariwisata diartikan sebagai industri jasa yang menyediakan berbagai layanan, seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, pertokoan, dan fasilitas hiburan. Dimana kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu ke tempat lain, dengan tujuan untuk bersenang-senang, melepaskan stres, atau menikmati perjalanan.
Untuk mewujudkan pariwisata tersebut tentu dibutuhkan saling sinergi antara Pemerintah, Pengusaha, UKM, pelayanan jasa pelaku wisata serta objek wisata yang menjadi tujuan destinasi, kearifan lokal masyarakat sekitar, dan peran serta Media Massa dalam mendukung sebaran informasi terhadap penyelenggaraan pariwisata tersebut.
Bicara Kota Bukittinggi sebagai ikon kota wisata memiliki 3 lokasi objek wisata yang dibuat dan ditata sejak zaman kolonial Belanda dan Jepang, yakni, Jam Gadang, TMSBK (Kebun Binatang) dan Panorama/Lobang Jepang dengan pemandangan Ngarai Sianok. Bukittinggi memiliki luas sekitar 25 Km² yang terdiri dari 3 Kecamatan, kala itu banyak didatangi oleh pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri karena objek wisatanya sudah dipersiapkan oleh Pemerintahan sebelumnya.
Dari objek wisata ini kota Bukittinggi banyak dikenang dan menjadi representasi sebagai “Kota Tujuan Wisata” yang di kagumi dan di segani oleh kota dan kabupaten lain di Provinsi Sumbar.
Hasil observasi dan investigatif Pelaku dan Peduli Wisata Bukittinggi serta Tim Kreatif IPPB dalam 3 tahun terakhir menilai, bahwa kunjungan wisata lokal, baik rombongan tamu paket yang datang di bulan Juli-Agustus dan bulan September seperti wisatawan bule Eropa, wisatawan Malaysia, Singapura semakin kurang. Biasanya mereka sudah memenuhi jadwal bookingan kamar hotel dan sektor travel agen perjalanan.
Selain itu, peran serta insan Pers juga tidak bosan-bosannya menyampaikan saran dan kritik kepada Pemerintah beserta Dinas terkait akan kondisi pariwisata dan multiplier efek yang semakin merosot. Apalagi jelang masa lebaran hari raya idul fitri tiba, berbagai Media Massa selalu lantang menyampaikan informasi kepada pemerintah tentang kemerosotan pendapatan daerah yang banyak berasal dari pariwisata. Sehingga pemerintah harus menyiapkan segala sesuatunya agar para pengunjung nyaman dan membuat segala fasilitas yang memudahkan pengunjung datang ke kota Bukittinggi.
Melihat kondisi pariwisata yang semakin buram yang berdampak pendapat asli daerah apalagi dengan defisitnya anggaran pemerintah maka IPPB menyimpulkan, pemerintah kota Bukittinggi harus lebih proaktif dan peka untuk memikirkan kondisi pariwisata di Bukittinggi yang semakin krisis.
Sejak keluarnya Perda No. 08 tahun 2023 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Bukittinggi yang terdapat tarif tiket masuk objek wisata Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) yang naik dari Rp. 10.000,- menjadi Rp. 25.000,- (sekitar 150%), justru dianggap kurang kontribusi retribusinya. Belum lagi didalamnya masih banyak pagar-pagar pembatas kandang yang sudah rapuh, berkarat dan rawan bagi pengunjung apalagi anak-anak yang ingin memanjat pagar melihat satwa di dalamnya.
Selain itu, pemandangan kusam dengan semak belukar, rumput yang tumbuh liar di beberapa kandang-kandang satwa menjadi tontonan kurang nyaman bagi pengunjung yang seharusnya dilakukan pembenahan. Padahal objek wisata ini dinilai meraup PAD terbesar setiap tahun, tetapi kebersihan kandang kurang maksimal. Sehingga menyebab kotoran binatang dan sisa makanan berserakan tanpa di jaga kebersihannya.
Kajian lain, kami menilai bahwa para pedagang kecil kelas UMKM di sekitar objek wisata ini seperti pedagang kuliner, pedagang oleh-oleh masih menjual dengan harga yang beragam. Mereka menjual produk yang sama tidak dengan harga yang sama. Belum lagi minimnya pengetahuan tentang berbahasa Indonesia yang baik apalagi bahasa inggris yang setidaknya sebagai komunikasi awal atau sebagai petunjuk arah pengunjung wisata.
Semoga dengan analis atau kajian singkat ini bisa menjadi perhatian kita bersama dengan pemerintah kota Bukittinggi. Kami menilai bahwa pariwisata tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri tetapi dilakukan secara bersama-sama dengan pihak-pihak terkait agar multiplier effect pariwisata setidaknya aktivitas ekonomi lokal dapat dirasakan oleh semuanya.
Penulis : Rudi Arnel
Ketua Umum Ikatan Pemuda Pariwisata Bukittinggi.