
Jakarta – Dalam rangka memperkuat hubungan historis antara Indonesia dan Belanda, khususnya di kota Bukittinggi yang memiliki banyak“historical heritage”bagi Indonesia dari negara Belanda, Para delegasi Universitas Fort de Kock di Bukittinggi-Sumatera Barat menggelar Audiensi dengan Yvonne Klerks (Education & Science Attache) beserta para staf Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, pada 12 Maret 2025.
Adapun delegasi Universitas Fort de Kock Bukittinggi yang hadir pada saat itu, diantaranya, Prof. Dr. Evi Hasnita, S.Pd., M.Kes selaku Rektor Universitas Fort de Kock, selanjutnya, Windasnofil, M.M. selaku Ketua Yayasan Universitas Fort de Kock, dan kemudian Dr. Gusrizal selaku bagian Departemen Luar Negeri Universitas Fort de Kock, serta Billy Harnaldo Putra sebagai staff khusus Universitas Fort De Kock.
Usai pertemuan tersebut, Rektor Universitas Fort de Kock, Prof. Dr. Evi Hasnita, S.Pd., M.Kes menyampaikan pada Kamis, 13 Maret 2025 bahwa pentingnya memelihara dan mengembangkan warisan pendidikan dan kebudayaan bersama Indonesia dan Belanda ini.
“Kami percaya bahwa dengan memahami dan menghargai sejarah dan budaya bersama, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Universitas Fort de Kock, didirikan tahun 2004, merupakan bukti nyata dari semangat kami untuk meneruskan legasi pendidikan tinggi di Bukittinggi. Nama “Fort de Kock”, diambil dari benteng peninggalan Belanda yang bersejarah di kota Bukittinggi, yang memiliki makna simbolis yang dalam.
Kami bertekad menjadikan universitas Fort de Kock menjadi suatu benteng pendidikan yang kokoh, sebagaimana benteng Fort de Kock yang menjadi saksi bersejarah kedua bangsa (Indonesia-Belanda).
Saat ini, Universitas Fort de Kock memiliki bangunan kampus dengan arsitektur gaya Belanda yang mana terinspirasi dari design benteng Fort de Kock. Disamping itu, terdapat lahan luas yang belum terbangun yang direncanakan akan dikembangkan menjadi kompleks pendidikan terpadu yang lengkap dengan fasilitas modern, laboratorium canggih, perpustakaan berstandar internasional, ruang-ruang kreatif yang mendukung inovasi dalam tridharma pendidikan tinggi, dan komplek sentra produk yang merupakan bentuk konkrit dari luaran hasil komersialisasi kekayaan intelektual.
“Kami berupaya menjadi pusat pendidikan yang berkualitas, tidak hanya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan,” ucapnya.
Melalui pengembangan kompleks pendidikan terpadu ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif, inspiratif, dan aplikatif karena menghadirkan inovasi berkelanjutan dan industrialisasi.
Kehadiran kami di Kedutaan Besar Belanda pada saat itu bertujuan untuk menjajaki dan menginisiasi peluang pengembangan Universitas Fort de Kock sebagai instusi pendidikan tinggi swasta Indonesia yang banyak terinspirasi dari nilai-nilai histori dari negara Belanda.
Hal ini guna mendukung kemajuan dharma pendidikan tinggi baik dalam bentuk kerja sama dengan instansi pendidikan dan penelitian di Belanda, pertukaran mahasiswa dan dosen, pengembangan bersama industrialisasi luaran riset berdaya saing di Bukittinggi Sumatera Barat, serta penjajakan peluang hibah dan bantuan dalam pengembangan fasilitas dan program-program unggulan di Universitas Fort de Kock, termasuk pengembangan kompleks pendidikan terpadu di lahan yang kami miliki.
Pengembangan program dalam program studi unggulan yang kami miliki, lanjut Rektor Universitas Fort de Kock Bukittinggi, diantaranya bidang kesehatan, pariwisata, bisnis, ilmu sosial dan humaniora serta teknologi informasi, yang mana ini sejalan dengan fokus pembangunan di Indonesia dan prioritas kerja sama antara Indonesia dan Belanda.
“Kami percaya bahwa kerja sama yang erat antara Universitas Fort de Kock dan negara Belanda melalui Kedutaan Besar Belanda di Indonesia akan memberikan manfaat yang besar bagi kedua belah pihak,” pungkasnya.
Akhir wawancara, Eva Hasnita berharap, pertemuan itu bisa menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan dan berdampak positif bagi kemajuan pendidikan di Indonesia khususnya Bukittinggi sebagaimana menjadi suatu nilai, “Fort de Kock: A Historic Education Gateway”. (*)